Thursday, November 9, 2017

MENJAGA ITU SULIT





Di tulis oleh Nanik Puji Astutik

Saat aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP),banyak problematika yang aku hadapi. Terutama menghadapi karekter teman-teman yang baru kutemui. Sering kali aku juga dijadikan bahan lelucon karena dikira tidak pernah nyambung (telmi). Banyak orang yang tidak tahu,termasuk orang tuaku. Aku hanya tersenyum menanggapi hal itu. Pernah juga aku menangis saat pulang sekolah karena di bully dengan perkataan yang menyakitkan. Aku paham,mungkin niatnya hanya ingin bercanda. Tapi bercanda yang seperti itu membuatku tidak pernah percaya diri.

Sejak aku masuk SMP,aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Aku selalu bersyukur saat ini karena belum pernah merasakan cinta sesaat yang begitu di sanjung oleh kebanyakan orang. Aku masih ingat,kala itu masih tahun 2006. Dan aku lulus tahun 2007. Salah satu temanku pernah bertanya "Nanik,kamu pernah ciuman nggak?" dengan penuh percaya diri aku menjawab pernah. Alasanku berbohong karena tidak ingin menjadi bahan lelucon yang menyakitkan. Tapi aku bersyukur masih memiliki sahabat yang tak pernah meninggalkanku hingga sekarang. Dia bernama Indah Puspitasari. Sampai saat ini,aku selalu bermain sama dia walaupun kita sudah sama-sama dewasa. Mengenang masa SMP dulu membuatku selalu merasa sedih. Aku selalu berharap,kelak anakku tidak akan pernah mendapatkan perlakukan yang sama. Karena apabila itu terjadi,aku tidak tahu akan menjadi apa anakku. Masa-masa SMP ku saja masih jarang ponsel canggih sudah seperti itu,apalagi 15 tahun kemudian?

Saat masuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),aku termasuk salah satu perempuan di kelas yang tidak pernah pacaran. Niatku sejak awal sekolah karena ingin mencari ilmu bukan pacar. Jika yang lainnya begitu sibuk mengurusi dan menangisi pacarnya,apalah dayaku yang hanya menjadi pendengar.

"Mungkin karena kamu nggak laku"

"Mungkin waktu itu kamu jelek"

"Mungkin kamu menjadi wanita sok-sokan"

"Mungkin kamu kayak laki"


Itu pernyataan tidak ada yang benar sama sekali. Sejak jaman FREINDSTER meraja lela hingga boomingnya Facebook, aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran.

"Kenapa bisa menikah?"

Aku kenal dengan suami lewat facebook. Karena kita punya visi dan misi yang sama,Alhamdulillah,dua kali bertemu langsung menikah.

Sungguh sulit menjaga diri dikala yang lain begitu terlena dengan dunianya. Aku juga pernah nakal,tapi nakalku hanya main band. Itupun semuanya perempuan. Aku juga nggak sebaik itu. Tapi karena dari proses itulah aku menjadi sekarang.

Aku tak pernah menyalahkan pergaulan anak sekarang yang begitu miris. Tapi alangkah baiknya mari sama-sama menjaga diri.

Hasilnya dari proses tanpa pacaran itu,aku bisa manen sekarang. Aku begitu bahagia dengan pernikahanku. "Jangan memanen sebelum waktunya". Kata-kata ini selalu aku pegang hingga sekarang. Akan kuberikan nasehat ini pada anak-anakku dan adik-adikku.

Sudahkah kamu menjaga atau justru sudah memanen sebelum waktunya?