Monday, September 17, 2018

Aku Mencoba Bertahan,Walaupun Hatiku Masih Perih.



Hembusan nafas itu mengiringi kegiatanku di sore hari. Dadaku terasa sesak dengan nafas yang masih tercekat ditenggorokan. Aku bukannya lemah. Tapi,aku terlalu lelah. Itu saja!

Aku selalu diam dan mencoba berfikir sendiri. Mungkin orang lain akan menyerah,tapi tidak bagiku. Aku akan menyelesaikan semuanya seperti aku mengerjakan matematika.

Perkara,semuanya akan berakhir. Aku akan memilih tetap diam. Aku terlalu malas untuk berbicara dan pada akhirnya tidak ada orang yang akan memahamiku.

Kesakitan. Kesedihan. Air mata. Dan kepiluan sudah aku rasakan sejak itu. Sekali lagi,aku kembali mengalah.

Perasaan itu selalu menyapa saat aku ingin sekali melupakannya. Namun,hatiku kembali merasakan sedih yang teramat saat adegan itu melintas dibenakku,seperti roll dalam film.

Bukannya aku terlalu dini untuk merasakan sakit? Sedangkan aku baru saja menjalin hubungan yang baik dengannya. Kenapa harus perasaan sakit ini yang kualami? Tidakkah ini menyakitkan?

"Lupakan saja semua itu"

Aku selalu mensugestikan diriku agar lebih baik. Nyatanya tidak begitu. Hatiku terlalu rapuh untuk kembali seperti semula.

Oke,mungkin orang lain mengatakan bahwa aku munafik. Biarlah,aku tidak pernah memusingkan penilaian orang. Bagiku,itu tidak penting. Karena apapun yang mereka lihat dan nilai tidak sesuai dengan yang aku lakukan dan rasakan.

Biarlah,aku akan tetap bertahan dalam kepiluan dan kesakitan ini. Aku akan tetap berada disini. Aku tidak peduli,orang lain akan mengatakan 'dasar bodoh'. Tidak tahukah,bahwa aku memang bodoh bahkan sedikit gila.

"Jangan terlalu lama memikirkannya"

Aku ingin tertawa dan mengatakan pada dunia "hey! Aku sedang kalut. Bisakah kau memberikan aku hiburan selain perkataan yang menyakitkan!" sekali lagi,tak akan ada orang yang bisa memahami atau mengerti tentangku. Miris,bukan?

Setidaknya aku pernah mengalami dilema ini. Aku bisa belajar darinya untuk bersikap dewasa. Masalah itu datang akan mengajarkan kita belajar untuk menjadi dewasa,bukan? Bukan dewasa sebelum waktunya. Lalu melakukan adegan-adegan erotis. Bukan seperti itu. Tapi,dewasa yang dimaksud adalah dengan sikap dan bertingkah laku.

Ya,walaupun awalnya terasa sulit untuk bisa menyelesaikannya. Tapi,aku bisa bertahan disini. Tetap menjalani hidupku meskipun dirundung duka. Hahahaha...

Ahh,ternyata aku bisa berfikiran seperti ini. Lucu sekali. Kalian fikir ini curahanku? Salah! Ini bukanlah kisahku. Aku tidak memiliki kisah yang bisa kutuliskan. Kisahku terlalu hambar untuk ditulis. Jadi,ini hanya cerita dari sahabatku yang kebetulan curhat. Aku menyimpulkan untuk menjadi dirinya. Ternyata tak mengenakkan!

Salam manis dari blogger kecceh..

Jangan baper ya!