Sunday, June 7, 2015

Ketika Hidayah-Nya Menyapaku





Ketika hidayah-nya menyapaku


Awalnya aku bekerja di salah satu Perusahaan Swasta di Surabaya sebagai Staf. Aku bekerja bersama Sahabatku bernama Nanin. Ya,kami berdua adalah bersahabat sejak masih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan satu jurusan. Kami selalu bersama-sama sejak kelas satu sampai kelas tiga. Dan Alhamdulillah sampai sekarang kami masih selalu bersama. Kami berhenti bekerja di Perusahaan itu karna kami tidak mengerti sistem gajinya lalu kami memutuskan untuk Resend.

Kami memutuskan untuk  pergi ke sebuah pusat perbelanjaan yang sangat besar di kota Surabaya untuk mencari nafkah disana dan kebetulan ada seorang teman yang akan mau membantu kami untuk mencarikan pekerjaan. Singkat cerita kami mulai terlunta-terlunta hidup di Surabaya dan menginap di salah satu rumahnya orang . Dia bernama Mbak Dilla,dia juga bekerja di Royal Plaza sebagai karyawan Cafe. Aku hanya bisa membantu mengantarkan minuman kepada pelanggannya yang berkunjung ke cafe tersebut, selagi aku masih menunggu panggilan pekerjaan. Karna setelah 1 hari sampai ke Royal Plaza,aku sudah menebarkan surat lamaran pekerjaanku ke outlet-outlet yang membutuhkan karyawan. Jujur,aku malu harus merepotkan orang lain. Aku dan Mbak Dilla baru kenal,aku sangat malu selalu merepotkannya. Apalagi harus menginap di rumahnya.

Setelah menunggu 1 minggu mencari pekerjaan. Hatiku mulai kacau bagaimana tidak aku belum mendapatkan panggilan pekerjaan dari outlet-outlet yang sudah ke tebarkan CV-ku dan kini uangku hanya tinggal Rp 50000. Aku hanya bisa apa sekarang? Menunggu panggilan pekerjaan membuatku harus menggigit jari. Aku baru tahu jika mencari uang sangat susah dan harus bekerja keras. Tak berapa lama kemudian ada pesan masuk di ponselku.

"Mbak Nanik,cepat pergi ke Outlet Mr. Tacoz. Hari ini Mbak Nanik akan saya training"
Aku senang membaca isi pesan itu. Alhamdulillah,tak henti-hentinya aku mengucapkan Syukur Pada Allah. Begitu besar nikmatNya yang aku terima hari itu.

"Mbak Dilla,aku mulai hari ini bisa bekerja. Aku pindah dulu ya. Nanti kalau Nanin mencariku bilang padanya kalau aku ada di Outlet Mr.Tacoz" pamitku pada Mbak Dilla.

Aku mulai pergi meninggalkan Café itu menuju outlet yang tak jauh dari café tempatnya Mbak Dilla. Semua karyawan yang mengenaliku juga memberiku selamat. Terutama Mbak Yeyen karyawan es coklat yang memberiku petunjuk tentang outlet yang membutuhkan karyawan.

"Assalamu'alaikum" sapaku pada seorang laki-laki yang sedang sibuk memasak untuk costemernya.

"wa'alaikumssalam" jawabnya seraya tersenyum.

Aku bingung bagaimana caranya aku bisa memasak makanan ini. Mr. tacos adalah masakan Khas Mexico yang sekarang sangat sukses di Indonesia bahkan mempunyai cabang di berbagai kota. Aku sempat berfikir bisakah aku mengikuti langkah pemilik Outlet ini. Aku yakin,aku pasti bisa.

"jangan melamun Mbak,kita mulai pelatihannya" ucapnya membuyarkan lamunanku.

"ah ya,namanya Mas siapa?" tanyaku penasaran.

"saya Rahman,saya akan memberi tahu tempat bahan-bahannya dulu di mana saja,di kulkas ini bahan mentah. Ada tortila,tomat,bawang bombay,roti,dan lain-lain. Kita coba membuat makanan soft taco dulu. Ini sangat ngampang pembuatanya,perhatikan baik-baik"

Aku hanya bisa melihat Mas Rahman membuat Soft Taco,mulai dari memasak dan cara penyajiannya. Setelah Mas Rahman selesai,aku mencoba membuatnya. Aku tampak sangat kaku karna slama ini aku tidak pernah memasak,dan baru kali ini aku bersentuhan langsung dengan bahan-bahan dapur. 5 Menit kemudian masakan pertamaku sudah jadi,aku mulai mencicipinya dan rasanya sedikit aneh di lidahku. Mungkin lidahku tidak sesuai dengan makanan ini. Maka,ku putuskan untuk ku berikan pada Mbak Dilla dan Nanin. Setelah berpamitan pada Mas Rahman untuk ke café  ,aku memberikan masakan pertamaku pada Nanin dan Mbak Dilla.

"bagaimana?" tanyaku pada Mbak Dilla dan Nanin. Wajah mereka mulai berubah setelah mencicipi masakanku.

"rasanya gak enak" jawab Nanin yang di ikuti anggukan Mbak Dilla.

"kamu sudah bekerja Nan. Aku harap kamu akan sukses. Aku mau ke Kalimantan ikut Yuda 3 hari lagi" kata Nanin.

Aku hanya tersenyum mendengarkannya. aku menarik nafasku dalam-dalam seraya menghembuskannya.

"Aamiin,aku harap kamu bahagia bersamanya, disini tidak ada lagi Orang Tuamu yang slalu membuatmu marah. Kamu tidak punya siapa- siapa lagi disini kecuali aku temanmu. Aku harap pilihanmu benar "

Aku menepuk pundaknya untuk memberikan semangat. Aku harap pilihannya benar,sebagai seorang teman aku hanya bisa mendukungnya, selama itu benar.

"aku mau bekerja dulu" pamitku pada Nanin dan Mbak dilla.

Sebenarnya aku ke Surabaya demi Nanin,dia yang mengajakku untuk pergi kesana. Karna aku tahu dia membutuhkan sandaran untuk bisa melanjutkan hidup. Satu hal yang Nanin belum tahu kalau selama ini dia begitu tergila-gila pada Yuda. Aku ingin menyadarkannya dan kembali seperti Nanin yang ku kenal dulu bukan Nanin yang seperti sekarang.


***

3 hari berlalu,Aku dan Nanin mulai bekerja ditempat yang sama. Ya,Nanin juga bekerja di Mr. Tacoz karna dia di suruh pacarnya. Kami sudah tidak menumpang lagi di rumahnya Mbak Dilla. aku berterima kasih pada Mbak Dilla dan keluarganya karna sudah memberikan aku dan Nanin tumpangan untuk tidur dan makan,walaupun kami sempat di beri nasi sisa tapi kami merasa
bersyukur karna kami mendapatkan tumpangan tidur dan makanan gratis.

"Semoga ini awal yang indah bagi kita,Nin" ucapku pada Nanin saat kami akan berangkat ke tempat kerja.

Aku dan Nanin sudah pindah ke  tempat Kosan yang baru ,para penghuni kostan semuanya pada baik padaku dan juga Nanin. Aku bersyukur karna Allah masih melindungi kami.

"Aamiin" jawab Nanin.

Setiap hari aku dan Nanin menjalani hidup penuh tawa dan ceria,bekerja demi sesuap nasi dan harus menjaga Iman agar tidak goyah. Karna berada dikota besar membuat hatiku sedikit goyah,banyak sekali goda-godaan Iman yang muncul mulai dari orang-orang lesbian,homo dan berciuman di tempat umum. Awalnya aku sangat jijik melihat pemandangan seperti itu,tapi dengan waktu yang terus berjalan aku mulai terbiasa melihat pemandangan menjijikkan seperti itu.

Pemilik Outlet sesekali berkunjung menemui kami. Mereka begitu baik padaku,aku merasa memiliki orang tua dan rasa rinduku sedikit berkurang. Pernah mereka memberikanku dan Nanin sebuah nasi box dan makanan enak lainnya. Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan orang baik seperti mereka. Tepat 15 hari aku dan Nanin bekerja,aku sangat terkejut mendapati Nanin sedikit sedih dan kecewa. Bisa ku lihat dari wajahnya yang tampak murung dan tak bersemangat.

"kamu kenapa?" tanyaku.

"Yuda masuk penjara" jawabnya sedih.

"darimana kamu tahu?"

"tadi pemilik Outlet tempatnya dia bekerja memberitahukanku"

"kamu harus bersabar Nin,dia bukan laki-laki yang baik untukmu. Pernah aku katakan padamu untuk menjauhinya. Ternyata Allah memberikan kamu petunjuk kalau dia tidak baik untukmu"

"aku mau sholat dulu"

Nanin berpamitan padaku. Aku ingin dia menyendiri dulu untuk menjernihkan pikirannya yang sedang kalut dan hatinya yang sedang kecewa. Ku meninggalkan Outletku sebentar  untuk pergi ke tempatnya Mbak Dilla.
"Mbak Dilla" sapaku pada Mbak Dilla yang sedang duduk melamun. Aku mulai duduk berhadapan dengannya.

"Yuda masuk penjara" ucapku membuat Mbak Dilla sedikit sedih.

Aku tahu Mbak Dilla mempunyai perasaan suka pada Yuda. Mbak Dilla pernah bercerita padaku tentang perasaannya pada Yuda,bahkan seluruh uang gajinya ia relakan untuk memenuhi kebutuhan Yuda dan aku sempat sedih karna Nanin di kenalkan ke Mbak Dilla sebagai saudaranya bukan sebagai kekasihnya. Aku memberitahukan semuanya tentang hubungan Nanin dan Yuda pada Mbak Dilla. Aku bersyukur Mbak Dilla mengerti walaupun dia sedikit kecewa.

"aku tahu,Nanin tadi memberitahuku" jawabnya.

"akhirnya kalian berdua tahu,kalau Yuda bukan laki-laki yang baik. Aku bersyukur pada Allah karna belum mengenal Yuda sebelumnya dan sekarang Allah memberikan kita petunjuk bahwa Yuda bukan  laki-laki baik" Nasehatku.

"ya Nik. aku harap dia mendapatkan ganjaran yang setimpal"

Aku selalu bersyukur,Allah memberikan aku sebuah petunjuk di balik kebaikan Yuda yang tersembunyi. Aku tahu, jika Yuda adalah laki-laki yang tidak baik,karna Nanin selalu bercerita
 tentang Yuda kalau dia anak orang kaya dan keturunan kerajaan. Dari ceritanya saja sudah menunjukkan keganjilan. Aku hanya diam saja tidak berani mengungkapkan pada Nanin. Allah Yang Maha Kuasa. Dia yang memberikan petunjuk jika Yuda bukan orang baik pada kami semua.


Semenjak Yuda di penjara hubungan kami bertiga semakin erat,  Teman-teman di kosan tampak sangat akrab denganku dan Nanin. bahkan aku mendapatkan teman baru di kosan bernama Eva. Dia baik dan agak sedikit centil. Dia lebih muda 1 tahun dariku. Sudah ku pastikan siapapun yang mendengar nama Nanik Dan Nanin akan mengira kalau kami ini kembar. Entah kebetulan atau tidak aku dan Nanin lahir pada tahun 1993,Bulan Mei hanya tanggal saja kami berbeda. Aku dan Nanin beda 19 hari,aku hanya tersenyum saja saat mereka salah memangil kami. Tapi,aku senang ternyata mereka mulai mengenal kami. Tepat pada tanggal 10 November 2012,Nanin menginginkan kolak. Ku lihat dompetku ternyata ada sisa uang Rp 10.000. Ku putuskan untuk
mendonorkan darahku karna aku melihat ada beberapa orang yang memegang kolak dengan tulisan PMI di bagian mangkoknya,ternyata itu dari lantai bawah. Mereka sedang melakukan kegiatan kemanusian yaitu  donor darah,aku yang tadinya niat berpuasa ku batalkan segera agar tubuhku tidak terjadi sesuatu yang membuatku sakit. Melihat Sahabat yang meminta kolak membuatku tidak tega,karna akhir-akhir ini dia selalu sedih karna pacarnya. Maka dari itu ku putuskan untuk ke lantai bawah.  Ku ikuti kata hatiku,ku tukarkan darahku demi sahabatku. Aku menunggu pemeriksaan dokter terlebih dahulu dan menunggu proses selanjutnya, antrian pendonor darah semakin banyak. Jujur,aku takut sekali dengan jarum suntik. Aku pernah mengalami trauma karna dulu pernah di suntik 7 kali oleh seorang dokter. Waktu itu aku terkena gigitan ular,aku tak bisa membayangkan bagaimana nanti jika aku di suntik kembali.

"Darahnya bagus Mbak,silahkan tunggu sebentar disana" ucap dokter setelah memeriksa darahku. aku berkedik ngeri melihat jarum suntik itu yang sebentar lagi akan menancap di pergelangan tanganku.

"Mbak,sekarang giliranmu" ucap seorang perawat.

"ya" jawabku gugup. Aku mulai bersandar pada Tempat duduk yang terbuat dari karet.

"Mbak,sakit gak?" tanyaku gugup.

"gak Mbak, hanya sedikit kok" jawabnya.
Tubuhku  mulai menegang,tanganku bergetar tapi ku coba untuk tenang. Ku tutup mataku saat jarum suntik itu mulai masuk kedalam urat nadiku. Perawat itu hanya tersenyum melihatku. 15 menit kemudian kotak darah milikku sudah penuh. Aku disuruh duduk sebentar, karna ini pengalmanku yang pertama maka aku hanya bisa mengikuti intruksi perawat itu. Ku cek Ponselku banyak sekali yang mengirimiku pesan singkat dari teman-temanku. Ada yang mencibirku dan ada yang mensuportku,entahlah aku saja bingung dengan mereka yang berpikirkan negative tentangku karna mendonorkan darah.

"sudah kuat Mbak?" tanya perawat itu.

Aku merasakan tubuhku sedikit lemas namun ku putuskan untuk berdiri dan kembali ketempat kerjaku.

"Ya Mbak. terima kasih ya" jawabku.

Aku mulai beranjak ke tempat pemberian makanan yang di khususkan bagi para pendonor. Aku hanya tersenyum melihat bungkusan yang aku pegang,rasanya seperti bermimpi bisa mendonorkan darah dan membantu orang lain.

"ini Nin, pesananmu" kataku setelah sampai di Outletku seraya memberikan 2 bungkusan yang
berisi obat-obatan dan makanan.

"Aku minta obat dan susu saja sisanya ambil kamu" lanjutku.

Aku melihat Nanin begitu senang,pesanan kolaknya sudah dia dapatkan. Badanku masih terasa lemas dan banyak pembeli yang datang. Sebenarnya aku butuh istirihat sebentar tapi pekerjaanku tidak mungkin ku tinggalkan begitu saja. Ini tanggung jawabku melayani para konsumen yang mulai datang untuk membeli makanan di Outletku.

***

Tanggal 29 November 2012 aku mendapatkan gaji pertamaku. Aku memutuskan hal yang paling berat bagiku. Alhamdulillah aku akan mengenakkan hijab dengan gaji pertamaku. Aku dan Mbak Dilla pagi-pagi sekali pergi ke DTC untuk membeli pakaian muslim. Aku bahagia karna tidak akan ada lagi yang menggodaku seperti saat aku tidak memakai hijab sebelumnya. Aku selalu mencela Nanin karna dia selalu membeli buku tentang Agama di salah satu book store yang ada di lantai Ground. Tapi,rupanya Aku tertarik dengan salah satu buku tentang hijab. Aku memutuskan untuk memakai hijab bukan karna buku. Tapi,karna perintah Allah dan fungsi hijab itu sendiri. Para karyawan di outlet-outlet sebelah selalu bertanya tentang penampilanku yang baru. Aku hanya tersenyum setiap mereka bertanya hal itu padaku. Aku,Nanin Dan Mbak Dilla pergi ke Masjid yang berada di parkiran. Aku meninggalkan Outletku untuk menghadap ke sang pencipta melaksanakan Sholat Dhuhur. Saat aku selesai Sholat dan akan kembali ketempat kerjaku,aku di kejutkan dengan sepasang kekasih yang sedang berciuman. Aku,Nanin dan Mbak Dilla hanya diam ditempat dan melongo tak percaya dengan apa yang kami lihat saat itu. Aku buru-buru menarik mereka pergi dari tempat parkiran meninggalkan sepasang kekasih itu yang tak punya malu.

"Astaghfirrullah" ucapku sambil mengelus dada.
Nanin dan Mbak Dilla mulai duduk di cafe sedangkanku masih berdiri di depan mereka.

"3 jam berhijab langsung mendapatkan musibah yang menguji Imanku" ucapku pada mereka
berdua.

"hahaha" tawa mereka membuatku sedikit marah.

"ya,ya aku tahu. Kalian berdua sudah lama memakai hijab sedangkan aku baru 3 jam yang lalu"
kataku.

"Bukan begitu,kamu harus mengambil HikmahNya. Hijabmu adalah identitasmu sebagai Muslimah. Melihat hal tadi bukan suatu yang buruk melainkan sebuah pelajaran. Ambil HikmahNya maka kamu akan mendapatkan HidayahNya" jawab Mbak Dilla.

Aku mulai memahami bagaimana tentang artinya berhijab yang benar dan sesuai dengan Syar'iat Islam. Sejak aku mulai berhijab banyak yang enggan menyapaku bahkan aku merasa terlindungi.  Tidak ada lagi yang menggodaku, bahkan para lesbian pun takut melihatku, ada beberapa lesbian yang takut melihatku bahkan sebelum aku berhijab. Aku sempat berfikir apakah wajahku seperti hantu? Aku bersyukur karna hijab ini aku dapat membuktikan bahwa gadis berhijab itu lebih di hormati dan terlindungi. Inilah kisahku ditahun 2012,aku berharap semuanya akan menjadi kenangan yang tak kan bisa terlupakan.













No comments:

Post a Comment