Saturday, February 17, 2024

K.E.C.E.W.A

 




Dulu aku pernah berfikir enak rasanya memiliki teman yang bisa diajak berbagi. Nyatanya Tidak. Diperantauan ini aku bisa belajar bahwa tidak semua orang harus dijadikan teman dan saudara. Tapi,semua orang bisa dijadikan saudara dan sahabat. Ngertikan?

Temanku juga banyak tapi di dirumah. Teman SMP dan SMK,teman komunitas,teman organisasi,teman sesama aktivis juga ada. Aku tidak melihat siapa 'kamu'. Karena bagiku teman adalah cara kita bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik dan bijak.

Semenjak berada di perantauan aku menjadi orang yang begitu sibuk dengan diri sendiri. Kuakui itu. Hanya berada di lingkup rumah dan jarang sekali keluar. Aku memilih untuk berperang dengan diri sendiri. Mencari solusi dan memotivasi diri sendiri. Gila? Yups!!! 

Kecewaku semakin membumbung tinggi. Tak terkendali. Sakit dan sedih. Rasanya begini ditikam dari belakang. Sesama perantauan kok bisa begitu? Entahlah. Hanya Tuhan yang Maha Tahu isi hati hambaNya. 

Berbulan lamanya,aku mengatakan ke diri sendiri " tidak apa-apa. Semua akan berlalu. Semua akan baik-baik saja" nyatanya "aku sedang tidak baik-baik saja" pintar sekali aku menipu diri. Ya,aku sangat mengakuinya.

"Jangan takut saingan" ucap seseorang yang tidak tahu pokok masalahnya. Aku cukup tersenyum menanggapinya lalu berujar "ini bukan masalah rezeki,ini bukan masalah saingan. Tapi bagaimana mungkin,kita sesama perantauan,tahu kondisi masing-masing,tahu hasil jualan masing-masing. Tapi menikam dengan dalih 'agar pasanganku memiliki penghasilan'" luar biasa hebatnya tikaman itu. Seperti sebelah pisau menusuk hati. Sakit sekali. 

Dan sekarang,aku hanya mampu berdiri sendiri. Berbekal semangat yang kadang naik turun. Terkadang optimis dan sering pesimis. Bisa menghela nafas dan berujar "yuk,kita coba lagi. Sedikit lagi,sebentar lagi,selangkah lagi. Kita sukses"!!! Dan itu yang sering diucapkan untuk menguatkan diri ..


Nanik Puji Astutik 

Sunday, February 11, 2024

Hanya Bisa Menjawab?

 




Aku ingin berhenti sejenak dan menoleh ke belakang,tapi mustahil. Sejauh ini aku sudah melangkah,mengembara jauh dari keluarga dan sanak saudara. 

Kepalaku sangat berisik setiap harinya. Aku hanya bisa mengalihkan dengan menutup mata sejenak. Rasanya mustahil,kepalaku tetap semakin sakit. Entah dengan cara apa lagi aku bisa tenang dan pikiranku tentram? 

Orang melihat aku baik-baik saja. Padahal nyatanya dadaku terasa nyeri bagaikan dihantam bebatuan. Sakit sekali. Tanganku setiap saat sering gemeteran,menangis tidak jelas. Dan hanya mampu melihat anakku. Iya,anakku menjadi obatku saat ini.

Tidur paling malam dan bangunnya paling pagi. Dengan berbekal doa dan harapan orangtua aku jabani. Iringan doa setiap waktu kupanjatkan untuk mendapatkan kelangsungan hidup yang lebih baik,bahkan jauh lebih baik. Hanya pasrah dan terus berdoa setiap harinya. 

Beberapa waktu lalu aku menghubungi temanku. Kebetulan dia lulusan psikolog. Aku meminta beberapa resep obat tidur dan penenang. Alasanku ingin sekali tidur nyenyak walaupun 2 jam saja. Tapi tidak bisa. Aku justru mendapatkan pesan "tidak semua orang sakit itu sembuhnya dengan obat,Mba" aku kembali menutup mataku dan menjawab "terima kasih sudah mendengarkan ceritaku. Nanti aku datang lagi dan menghubungimu kembali" setelah itu ku tutup telfonnya.


Ya,keyakinanku masih sama seperti pertama kali kesini. Harapanku masih bisa kurealisasikan. Mungkin hanya menunggu beberapa saat lagi,hingga waktu itu tiba aku akan mengucap beribu syukur telah Allah kabulkan satu-persatu pintaku .. 


Nanik Puji Astutik