Sunday, September 23, 2018

Dunia Maya Hanya Negeri Dongeng?



Pemandangan alam tidak pernah berbohong. Ini salah satu karunia Tuhan yang patut kita syukuri. Berbeda dengan kehidupan manusia yang notebennya sering kali melakukan pemalsuan atau kebohongan agar dikira hidupnya sempurna dan penuh kebahagiaan.

Jika kita melihat di sosial media,sering kali kita melihat kehidupan sempurna seperti negeri dogeng. Ternyata,itu semua hanya menutupi sesuatu agar kehidupannya yang penuh masalah tertutup. Dan orang lain akan mengira "mereka bahagia"

Seorang psikolog berkata "orang yang bahagia tidak pernah mengumbar kebahagiaannya dilaman media sosialnya. Karena baginya,kebahagiaan hanya miliknya bukan milik orang lain. Dan banyak orang yang ingin terlihat bahagia dengan mengirim postingan foto dan video,ternyata mereka memiliki masalah dikehidupannya"

Tidak semua apa yang kita punya harus di pamerkan dimedia sosial. Tidak semua apa yang kita rasakan harus ditulis dimedia sosial. Dan tidak semua apa saja kegiatan kita harus di perlihatkan dimedia sosial.. Terkadang penyakit hati bermula karena musingin postingannya orang. Ini dunia maya bukan dunia nyata,jadi nikmatilah sesuai apa yang diperlukan...

Seseorang bisa melihat dan menilai dari penampilan facebook,entah itu status atau photo. Walaupun tak mengenal secara nyata, dunia maya bisa memperlihatkan karakter aslimu. Jadi hati-hatilah dalam menulis atau mengupload foto. Benar,semua itu kembali ke diri sendiri,tapi sebagian orang akan menilai seperti itu.

Aku pernah berkata seperti ini pada suami "Sayang,biarkanlah kebahagiaan dan kesedihan kita tidak perlu di umbar ke publik. Bisa jadi banyak orang tak suka apabila kita bahagia. Dan senang apabila kita sedang di rundung duka. Karena pelakor dunia maya lebih kejam daripada dunia nyata. Oleh sebab itu,tak perlu lah kita menulis apapun tentang kelebihan dan kekurangan kita. Aku tahu kamu dan kamu tahu aku. Cukuplah bahagia dan sedih itu kita yang rasa dan tahu. Karena kita menikmati itu semua sebagai bentuk Syukur kita pada Sang Pemilik Cinta"

Mungkin sesekali boleh untuk mengungkapkan rasa bahagia. Satu bulan sekali atau 2 bulan sekali. Tapi kalau setiap saat menulis status dengan rasa yang berlebihan menurutku itu tidak wajat. Semua orang kan punya hak. Apa iya kita hidup di dunia maya tanpa mau bersosialisasi ke dunia nyata? terkadang eskpetasi dunia maya tak sama dengan realita.

Hidupku Bukan Seperti Selebritis Yang Setiap Hari Harus di Update.

Aku ingin sekali menulis status atau mengeshare foto kegiatan hari ini. Namun,aku selalu berfikir "aku bukanlah selebritis yang beritanya harus di update"

Aku menghormati mereka yang setiap saat dan waktu tak mengenal pagi dan malam selalu meng-upgrade dan update status media sosialnya. Karena itu haknya. Tapi,tidak bagiku. Apapun yang aku lakukan dan rasakan hari ini tak layak orang lain tahu.


Jaman sekarang banyak orang tak tahu malu. Saat punya masalah dengan keluarga,teman,kerabat bahkan dengan pasangan,mereka tak sungkan berkata ini dan itu. Seolah-olah dirinya harus diperhatikan penuh. Menurutku,orang seperti ini butuh perhatian. Karena tak ada yang memperhatikannya,alhasil ia melampiaskan semua uneg-unegnya ke media sosial. Jadi,orang-orang sekarang tidak tahu apa itu privasi dan publikasi. Bagi mereka,semua layak untuk diungkapkan ke media sosial.

Anehnya,aku sampai bingung untuk mendeskripsikan atau menilai antara riya,ujub dan pamer! Walaupun semua itu tergantung dari niat. Seorang psikolog berkata "seseorang yang bahagia hidupnya tidak pernah ia umbar ke media sosial"

Sekali lagi,semua orang punya hak. Tak ada larangan. Tapi kalau update setiap saat menurutku ini tidak baik. Mungkin sesekali boleh. Seminggu 3 kali,kalau misalkan setiap waktu? Itu mau pamer atau bagaimana? Kalau ungkapan rasa syukur mungkin bisa lah sebulan sekali. Tapi,kalau setiap saat? Apa tujuannya? Mau pamer?

Bukannya aku merasa sudah benar. Tidak. Aku jauh dari kata pembenaran atau kebenaran. Ini hanya ungkapanku saja yang risih setiap kali melihat facebook,whatsapp,twitter dan instagram tak ada ubahnya seperti mengumbar aib sendiri.

"Terima kasih sayang,hari ini aku bahagia"

"Kamu boleh saja menghinaku hari ini..."

"Ahh,aku galau dan takut"

Tidak kah kalimat-kalimat itu kita tujukan pada seseorang yang bersangkutan tanpa harus menulis ke sosial media?

"Jangan buka facebookmu kalau misalkan kamu nggak suka sama status kami?"

Tidakkah kamu berfikir sebelum bertanya? Apa tujuanmu menulis status dan ngeshare foto? Kalau semua itu langsung ada diberanda saya? Apa itu akan menjadi pemandangan bagi saya jika tanpa sengaja saya melihat dan membaca isi captionmu? Apa tujuanmu? Mau pamer? Cari perhatian? Atau apalah?

Sekali lagi,itu hakmu. Namun,semua ini aku hanya mengungkapkan apa yang ada di fikiranku.

Perbanyaklah menulis status dan ngeshare foto di media sosial. Karena kita mati tidak hanya tinggal nama tapi juga data. Tapi,semoga data kita lebih menambah kebaikan bukan keburukan.

Jadikan media sosialmu bukan ajang pamer,umpatan kasar dan menebar kebencian. Tapi,jadikan ia sebagai ladang pahala. Sosial media hanya dunia maya yang tak tersentuh. Ia fana dan bisa jadi kita lebih banya bersosialisasi di dunia maya daripada dunia nyata.

So,berhati-hatilah...

Nanik Puji Astutik