(Sumber : Google)
Untuk bersabar rasanya aku tak
sanggup. Beban hidupku terlalu berat untuk ku pikul. Ia bahkan sering kali
membuatku tak nyaman dan tak tenang.
Ibu,aku ingin bertanya padamu. Apa
yang membuatmu bisa sabar? Mendidik kami dengan penuh kasih-sayang. Memberikan
yang terbaik. Bahkan engkau juga bekerja. Apa yang membuatmu bisa setegar itu
dalam mengarungi kehidupan ini? Sedangkan aku selalu mengeluh karena hidupku
tak sesuai keinginanku.
Engkau pernah berkata sambil
mengelus puncak kepalaku
"Anakku,hidup ini ibaratkan nelayan. Kamu siap berlayar dimana saja,tapi pastikan kamu punya pegangan. Dan ikan yang mengail pada pancing ibaratkan rezeki. Oleh sebab itu,ombak yang tenang dan besar akan siap menerjang siapa saja"
Aku tersenyum mengingat nasehatmu
yang penuh dengan cinta. Ternyata untuk belajar pun aku harus siap menjadi
nelayan. Terima kasih,Ibu. Hari ini aku bisa tenang karena mendapatkan petuah
cinta darimu.
Pun aku juga ingin belajar pada
Ayah. Kenapa Ayah begitu kuat menghadapi kehidupan ini? Ia yang mencari nafkah
untuk keluarga. Tak kenal hujan,panas,letih dan lelah selalu saja semangat. Apa
yang menjadi rahasiamu,Yah?
Aku teringat,Ayah pernah
memberikanku syair cinta yang justru membuatku malu karena selalu mengeluh.
"Anakku,kekuatan Ayah itu ada pada keluarganya. Ia siap melakukan apapun untuk bisa memberikan yang terbaik untuk orang dicintainya. Kamu tahu kenapa? Karena tak ada yang bisa menggantikan lelahnya Ayah selain senyuman kalian"
Aku terharu mendengarnya. Air mataku
mengalir membasahi pipiku. Rasanya aku sangat malu karena selalu mengeluh. Suka
membandingkan hidupku dengan orang lain. Padahal aku sudah lebih dari cukup.
Terima kasih,Ayah. Kalian memang yang terbaik.