Sunday, January 15, 2017

*Kau tidak tahu bagaimana sulitnya aku menjalankan PerintahNya, masihkah kau menghinaku karena tak sama dengan yang dulu?*





Ketika aku memutuskan untuk berhijrah, banyak rintangan yang harus aku hadapi, terutama menghadapi keluarga. Bagaimana menjelaskan semua ini, tentang hijab dan baju super longgar yang aku kenakan? Aku yang awalnya hanya wanita berpakaian terbuka, langsung tertutup saat melihat kejadian sesuatu yang menggetarkan hati.

Tepatnya 4 tahun silam, kejadian itu masih terngiang di kepalaku. Saat aku selesai Sholat Dzuhur, seorang wanita yang menjadi makmumku saat itu langsung menegurku

"Berpakailah yang tertutup, apa kamu tidak malu pada Allah? Saat Sholat kamu menutup auratmu dan setelah selesai Sholat kamu pamerkan lagi auratmu"

Hatiku langsung berdesir saat itu juga. Entah kenapa perkataannya membuatku semakin kalut dan galau saat itu. Benar, secara tidak langsung wanita itu yang telah mengingatkanku tentang pentingnya menutup aurat.



Walaupun saat itu,ilmuku masih sedikit dan pakaian syar'iku masih satu. Aku tetap mensyukuri, setidaknya aku mengubah jalan pikiranku. Awalnya aku sangat menentang orang yang berpakaian tertutup, justru kini aku menjilat ludahku sendiri.

Setelah berhijrah,tak serta merta diri ini diterima. Justru hinaan, cacian, hujatan langsung dilayangkan padaku. Pun sampai saat ini masih saja orang yang menghujat, mulai dari

"pakaianmu seperti orang tua, kamu masih muda, kamu sok ustadzah, ilmumu masih sedikit, kamu ikut aliran apa,dan hujatan lainnya".

Jika hati ini tidak kuat, bisa saja gamis dan kerudung ini aku tanggalkan saja, namun lagi-lagi aku berfikir. Aku berhijab untuk siapa? Bukankah inilah seharusnya pakaian tertutup yang mengaku seorang wanita muslimah?



"Aku tidak memandang aneh pakaianmu yang terbuka,karena dulu aku pernah memakainya. Dan kamu jangan aneh melihat pakaianku yang tertutup mungkin suatu saat nanti kamu juga akan memakainya"


*Salam Hijrah dari saudaramu*

*Nanik Puji Astutik*

No comments:

Post a Comment